Rombongan jamaah gerak 1 tahun sudah sampai di halaqah Kodja. Ketika hari pertama di al-Hikmah, suasana dakwah memanasi wilayah Semper. Tempat maqami kami seakan tidak siap. What ever. Akhirnya tetap bandel, meski sudah ada orang tempatan yang menguji kesabaran dan keikhlasan kami, amir rombongan tetap bertahan di situ. Amir Darwis, Sang jumidar tadi pagi sampai turun tangan menengahi masalah kehadiran jamaah. Saat wajahku pagi tadi hadir di sana, bapak tua itu langsung cerah. Allah Swt yang kuasa atur segalanya.
Hari pertama jaulah ini, taqrir diisi oleh jamaah dari Sukabumi yang keluar dari Kebon jeruk. Barisan depan, diisi oleh anak-anak umuran SD. Kira-kira 13 orang. Aku hanya berjejalan di antara gelak tawa bebas anak-anak itu. Petugas taqrir terus melanjutkan dengan gayanya yang kocak. Seakan anak-anak itu, terhibur dengan dongeng televisi. Namun, ketika ditanya apakah mereka sudah shalat Asar? Ternyata belum. Semuanya tunjuk tangan, kalau belum sholat. Astagfirullah.. Padahal 15 menit lagi Maghrib datang menyapa. Aku hampir sakit perut melihat mereka langsung sholat Ashar saat itu juga.
Seusai jaulah, aku langsung lompat ke motor Udin. Kami berdua langsung ke As-Syuhada untuk jaulah dua. Beberapa rombongan gabungan dari at-Taqwa keluar di tempat itu. Maghrib malah diisi dengan kargozari seorang ahbab yang baru saja pulang belajar dari Afsel. Menarik. 1,8 tahun ia habiskan di sana untuk belajar tahfidz. Niatnya setelah IPB, ia akan kembali ke negeri yang minoritas Islam di sana.
Selesai kargozari, masih tersisa sekitar 20 menit, kami kembali lagi ke al-Hikmah. Masih banyak program yang perlu di-nusrohi. Alhamdulillah. Katanya saat bayan Maghrib tak satu pun orang tempatan yang ada di sana. Malam ini jamaah gerak akan lebih lama, lebih panjang untuk sholat malam. Minta ampun atas segala amal, dan kekeliruan dalam kerja dakwah ini.
Saat tangan ini menari di atas keyboard, mudah-mudahan 13 orang anak-anak tadi, jadi da’i semua. Walau sholat Asharnya sudah di tepi pergantian waktu. Mudah-mudah, 13 sifat da’i yang tadi di-mudzakarah-kan, bisa lebih diingat dan bisa diwujudkan. Kabulkan ya Allah.
Al-Hikmah As-Syuhada. Kedua benteng terakhir di ujung Semper.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Hari pertama jaulah ini, taqrir diisi oleh jamaah dari Sukabumi yang keluar dari Kebon jeruk. Barisan depan, diisi oleh anak-anak umuran SD. Kira-kira 13 orang. Aku hanya berjejalan di antara gelak tawa bebas anak-anak itu. Petugas taqrir terus melanjutkan dengan gayanya yang kocak. Seakan anak-anak itu, terhibur dengan dongeng televisi. Namun, ketika ditanya apakah mereka sudah shalat Asar? Ternyata belum. Semuanya tunjuk tangan, kalau belum sholat. Astagfirullah.. Padahal 15 menit lagi Maghrib datang menyapa. Aku hampir sakit perut melihat mereka langsung sholat Ashar saat itu juga.
Seusai jaulah, aku langsung lompat ke motor Udin. Kami berdua langsung ke As-Syuhada untuk jaulah dua. Beberapa rombongan gabungan dari at-Taqwa keluar di tempat itu. Maghrib malah diisi dengan kargozari seorang ahbab yang baru saja pulang belajar dari Afsel. Menarik. 1,8 tahun ia habiskan di sana untuk belajar tahfidz. Niatnya setelah IPB, ia akan kembali ke negeri yang minoritas Islam di sana.
Selesai kargozari, masih tersisa sekitar 20 menit, kami kembali lagi ke al-Hikmah. Masih banyak program yang perlu di-nusrohi. Alhamdulillah. Katanya saat bayan Maghrib tak satu pun orang tempatan yang ada di sana. Malam ini jamaah gerak akan lebih lama, lebih panjang untuk sholat malam. Minta ampun atas segala amal, dan kekeliruan dalam kerja dakwah ini.
Saat tangan ini menari di atas keyboard, mudah-mudahan 13 orang anak-anak tadi, jadi da’i semua. Walau sholat Asharnya sudah di tepi pergantian waktu. Mudah-mudah, 13 sifat da’i yang tadi di-mudzakarah-kan, bisa lebih diingat dan bisa diwujudkan. Kabulkan ya Allah.
Al-Hikmah As-Syuhada. Kedua benteng terakhir di ujung Semper.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
0 komentar: