Sayang..
Aku bukan malaikat. Dan aku juga sadar, kamu juga bukan. Aku hanya menggoreskan beberapa kata dengan keyboard kesayanganku ini, untuk menjemputmu. Mungkin kamu di sana sedang membaca blog ku ini, lalu kamu mengetikkan beberapa pesan, agar aku segera datang melamarmu. Membawakan sebuah kado berupa pernikahan, yang akan menyatukan visi-misi hidup kita yang hampir sejalan. Meraih ridho ilahi melalui indahnya mahligai rumah tangga yang berjalan di atas sunnah, dibawah keputusan Allah Swt yang tertulis dalam kitab-Nya. Saling melengkapi agar aku dan kamu yang bukan malaikat, juga bisa taat kepada Allah Swt.
Sayangku..
Aku akan menuliskan beberapa kata yang menggambarkan bagaimana sepotong kisah kehidupanku. Kisah ini bukan seperti ahsanal qoshos seperti dalam Surat Yusuf ayat ketiga. Kisah ini hanya seorang manusia biasa yang memilih jalan dakwah sebagai wakaf umur, yang artinya seumur hidup ini akan di-wakafkan untuk kegiatan dakwah dan tabligh, lalu menjadikan blog sebagai ‘ikhtiar’ guna mencarimu.
Cantik.. Alhamdulillah.. aku seorang sarjana. Dengan latar belakang pendidikan agama. Namun, dalam beberapa tahun ini, aku bekerja di EMKL. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kargo, ekspedisi—sejenis DHL. Barangkali Allah Swt, mengabulkan niatku untuk menggerakkan dakwah di mana pun aku berada. Termasuk di kantor, aku dengan sabar merintis dakwah. Tiap hari Senin ba’da sholat dzuhur ada ta’lim fadhilah amal. Kadang juga aku isi dengan bayan, lain waktu juga ada mudzakarah adab-adab. Aku juga berusaha menghidupkan UMM, walau belum maksimal.
Calon istriku.. ijinkan aku bercerita sedikit soal nisab tiga hari, bulan lalu yang kutunaikan bersama teman-teman halaqah Kodja-Jakut. Cerita ini yang menjadi alasan mengapa aku harus bersusah-payah menemukanmu. Mudah-mudahan kargozariku ini tidak mengurangi pahala nisabku. Di sana aku mendapat tugas menjadi petugas hidmat. Dari hari pertama hingga bayan wabsy, kuisi dengan memperbanyak hidmat saja. Ada yang menarik, ketika aku bertugas. Aku bersama syech Sugeng menjadi petugas hidmat. Sugeng membawa anak lelakinya yang berusia baru empat tahun. Alangkah lucunya anak itu. Ketika sedang ta’lim pagi, ia tetap menyimak bersama yang lain. Kadang ia berlari ke sana-sini, lalu kembali duduk ikutan ta’lim. Anak itu juga jarang sekali menangis, meski ia harus tidur di lantai beralaskan kain. Seperti yang lain, kadang kala ia juga tertidur dalam ta’lim 2.5 jam dipangkuan ayahnya. Ada beberapa mainan yang tidak terlalu banyak untuk sedikit menghiburnya. Menyemangati agar tetap bersama ayahnya hingga akhir.
Ketika aku bertanya soal ibunya, bahkan Sugeng bilang kalau istrinya sedang hamil 4 bulan. Subhanallah.. tapi ia biarkan agar suami dan anak lelaki kesayangannya ikut tunaikan nisab 3 hari. Istri Sugeng, minggu kemarin sudah keluar masturah 15 hari. Sedangkan Sugeng sendiri tidak bercerita banyak soal dirinya. Namun, dari ini kusimpulkan bahwa kegiatan dakwah harus didukung masturoh. Layaknya burung yang terbang dengan kedua sayap. Bukan hanya dengan salah satunya saja. Istri ustad Sidiq juga begitu. Ia bisa lebih tangguh dalam dakwah karena istrinya sering keluar masturah. Sayangku.. Singkatnya kedua ahbab ini yang menjadi inspirasi untuk memasangkan cincin di jemarimu.
Bidadariku.. aku sering diandalkan halaqah dalam takaza. Meski aku bukan orang lama, bukan juga da’i senior, namun hampir tiap minggu aku menjadi petugas bayan atau taqrir saat jaulah. Sayangnya belum pernah ada yang mempercayakanku soal bayan masturah. Ini karena kelemahanku sendiri yang masih minim pengetahuan soal dakwah. Sehingga lagi-lagi aku memberanikan diri, agar dirimu yang menjadi pelengkap kekuranganku. Pada tulisan berikutnya, aku akan berusaha menuliskan bayan dan tentunya kargozari.
Salam kenal,
Hamba Allah yang dhaif
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Subhanallah wa bihamdihi, Subhanakallahumma wa bihamdika Asyhadu Allaailaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaih
Sumber : http://calon-masturah.blogspot.com/
Aku bukan malaikat. Dan aku juga sadar, kamu juga bukan. Aku hanya menggoreskan beberapa kata dengan keyboard kesayanganku ini, untuk menjemputmu. Mungkin kamu di sana sedang membaca blog ku ini, lalu kamu mengetikkan beberapa pesan, agar aku segera datang melamarmu. Membawakan sebuah kado berupa pernikahan, yang akan menyatukan visi-misi hidup kita yang hampir sejalan. Meraih ridho ilahi melalui indahnya mahligai rumah tangga yang berjalan di atas sunnah, dibawah keputusan Allah Swt yang tertulis dalam kitab-Nya. Saling melengkapi agar aku dan kamu yang bukan malaikat, juga bisa taat kepada Allah Swt.
Sayangku..
Aku akan menuliskan beberapa kata yang menggambarkan bagaimana sepotong kisah kehidupanku. Kisah ini bukan seperti ahsanal qoshos seperti dalam Surat Yusuf ayat ketiga. Kisah ini hanya seorang manusia biasa yang memilih jalan dakwah sebagai wakaf umur, yang artinya seumur hidup ini akan di-wakafkan untuk kegiatan dakwah dan tabligh, lalu menjadikan blog sebagai ‘ikhtiar’ guna mencarimu.
Cantik.. Alhamdulillah.. aku seorang sarjana. Dengan latar belakang pendidikan agama. Namun, dalam beberapa tahun ini, aku bekerja di EMKL. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kargo, ekspedisi—sejenis DHL. Barangkali Allah Swt, mengabulkan niatku untuk menggerakkan dakwah di mana pun aku berada. Termasuk di kantor, aku dengan sabar merintis dakwah. Tiap hari Senin ba’da sholat dzuhur ada ta’lim fadhilah amal. Kadang juga aku isi dengan bayan, lain waktu juga ada mudzakarah adab-adab. Aku juga berusaha menghidupkan UMM, walau belum maksimal.
Calon istriku.. ijinkan aku bercerita sedikit soal nisab tiga hari, bulan lalu yang kutunaikan bersama teman-teman halaqah Kodja-Jakut. Cerita ini yang menjadi alasan mengapa aku harus bersusah-payah menemukanmu. Mudah-mudahan kargozariku ini tidak mengurangi pahala nisabku. Di sana aku mendapat tugas menjadi petugas hidmat. Dari hari pertama hingga bayan wabsy, kuisi dengan memperbanyak hidmat saja. Ada yang menarik, ketika aku bertugas. Aku bersama syech Sugeng menjadi petugas hidmat. Sugeng membawa anak lelakinya yang berusia baru empat tahun. Alangkah lucunya anak itu. Ketika sedang ta’lim pagi, ia tetap menyimak bersama yang lain. Kadang ia berlari ke sana-sini, lalu kembali duduk ikutan ta’lim. Anak itu juga jarang sekali menangis, meski ia harus tidur di lantai beralaskan kain. Seperti yang lain, kadang kala ia juga tertidur dalam ta’lim 2.5 jam dipangkuan ayahnya. Ada beberapa mainan yang tidak terlalu banyak untuk sedikit menghiburnya. Menyemangati agar tetap bersama ayahnya hingga akhir.
Ketika aku bertanya soal ibunya, bahkan Sugeng bilang kalau istrinya sedang hamil 4 bulan. Subhanallah.. tapi ia biarkan agar suami dan anak lelaki kesayangannya ikut tunaikan nisab 3 hari. Istri Sugeng, minggu kemarin sudah keluar masturah 15 hari. Sedangkan Sugeng sendiri tidak bercerita banyak soal dirinya. Namun, dari ini kusimpulkan bahwa kegiatan dakwah harus didukung masturoh. Layaknya burung yang terbang dengan kedua sayap. Bukan hanya dengan salah satunya saja. Istri ustad Sidiq juga begitu. Ia bisa lebih tangguh dalam dakwah karena istrinya sering keluar masturah. Sayangku.. Singkatnya kedua ahbab ini yang menjadi inspirasi untuk memasangkan cincin di jemarimu.
Bidadariku.. aku sering diandalkan halaqah dalam takaza. Meski aku bukan orang lama, bukan juga da’i senior, namun hampir tiap minggu aku menjadi petugas bayan atau taqrir saat jaulah. Sayangnya belum pernah ada yang mempercayakanku soal bayan masturah. Ini karena kelemahanku sendiri yang masih minim pengetahuan soal dakwah. Sehingga lagi-lagi aku memberanikan diri, agar dirimu yang menjadi pelengkap kekuranganku. Pada tulisan berikutnya, aku akan berusaha menuliskan bayan dan tentunya kargozari.
Salam kenal,
Hamba Allah yang dhaif
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Subhanallah wa bihamdihi, Subhanakallahumma wa bihamdika Asyhadu Allaailaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaih
Sumber : http://calon-masturah.blogspot.com/
0 komentar: